JAKARTA, MP- Allah SWT telah menyebutkan kata “yatim” di dalam Al-Qur`an sebanyak 23 kali, baik dalam bentuk tunggal, jamak, dan dua (mutsanna). Jika merujuk kata-kata yatim dalam Al-Qur`an, kita akan mendapati bahwa penggunaan kata yatim menunjukkan kepada kemiskinan dan kepapaan.
Yatim digambarkan sebagai orang yang mengalami penganiayaan, perampasan harta, dan tidak memperoleh penghormatan serta pelayanan layak. Al-Qur`an secara tegas memerintahkan agar kita berbuat baik kepada anak yatim, sosok yang harus dikasihi, dipelihara, dan diperhatikan.
Sebaliknya, sangat dilarang berbuat tidak baik kepada anak yatim dan menelantarkannya. Banyak hal yang termasuk kepada kategori ini. Di antaranya, berbuat aniaya, menzalimi, menghardik, memakan hartanya, memperalatnya, dan tidak memiliki kepedulian terhadap nasib anak yatim.
Menelantarkan anak yatim akan mendapatkan balasan berat dari Allah SWT, timbulnya akibat yang berdampak negatif bagi pelaku dan anak yatim itu sendiri. Di antaranya, yaitu dicap sebagai pendusta agama, hilangnya peluang menjadi teman Rasulullah di surga, hati dan perasaan menjadi keras, menghalangi datangnya pertolongan dan rahmat Allah, serta merosotnya moral dan hilangnya generasi penerus bangsa. Tentu efek ini akan berdampak besar bagi kehidupan kita.
Namun, Allah juga memberikan pahala yang besar bagi yang peduli dan memberikan perhatian kepada anak yatim. Dalam satu hadits disebutkan bahwa barangsiapa yang memelihara anak yatim akan menjadi teman Rasulullah di surga. Selain itu, ia akan mendapatkan predikat abrar, memperoleh pertolongan Allah, terhindar dari siksa akhirat, mendapat kemudahan terkabulnya keinginan atau doa, mendapatkan keberkahan, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, anak-anak yatim merupakan salah satu komponen kehidupan yang harus kita rahmati. Kita harus menjadi rahmat bagi mereka, bukan menjadi musibah. Rahmat bagi mereka adalah dalam bentuk kepedulian nyata, antara lain mengasuh mereka dalam keluarga, membantu ekonomi atau pendidikan mereka, menjadi orangtua asuh, atau aktif mengelola panti asuhan seperti menjadi pengurus, donatur, pengasuh, guru, psikolog, dan lain-lain.
Selain itu, kepedulian nyata terhadap anak-anak yatim ini sangat penting karena anak-anak yatim adalah bagian dari umat Islam dan bangsa yang keberadaannya akan sangat menentukan masa depan umat dan bangsa ini ke depan. Jumlahnya tidak sedikit, baik yang nyata-nyata yatim secara biologis (karena ditinggal mati ayahnya) atau psikologis (diyatimkan).(AS)